Metode Dzikir
Metode
dzikir fersi tasawuf hampir sama yaitu ada
- * Dzikir Lisan: dzikir ini diucapkanØ dengan lisan, ada yang melaksanakannya dengan suara keras tapi ada yang lebih suka dengan pelan-pelan.
- * Dzikir Nafas: dalam melaksanakanØ dzikir ini pengucapan bacaannya seiring dengan irama keluar-masuknya udara dalam kita bernafas.
- Ø * Dzikir posisi: melaksanakan dzikir dalam posisi tertentu, tidak bergerak sedikitpun, dalam jangka waktu tertentu pula.
- Ø * Dzikir qolbu atau hati: dalam dzikir qolbu bacaannya dibaca dalam hati
- * Dzikir Sirri atau rahasia: ProsesØ dzikir yang satu ini adalah sangat rahasia ketika dzikir ini dilaksanakan hanya pedzikir dan yang dituju (Allah) saja yang tahu. Makhluk lain tidak ada yang bisa mengetahuinya bahkan malaikatpun tidak tahu.
Dzikir
Lisan
Dzikir
yang dilakukan oleh lisan, diucapkan oleh mulut, yang di suarakan baik dengan
suara yang nyaring ataupun pelan.
Biasanya,
yang di dzikir kan berupa bacaan yang intinya permintaan maaf kepada Sang
Khalik, dengan harapan untuk mendapatkan Ampunan dari Allah. Ada juga
bacaan yang berupa pujian, mengagungkan asma Allah. Diantaranya: Istighfar,
subhanallah, Tasbih, Tahlil, tahmid dll.
Pada
tahap yang paling awal sebaiknya memperbanyak Istighfar yang dilaksanakan
secara Dzikir lisan, dengan harapan Allah berkenan mensucikan diri kita dari
dosa-dosa yang dilakukan oleh tubuh atau raga.
Sebab
jika kita sejenak merenungkan diri akan apa yang telah kita perbuat selama ini
sejak tubuh ini dilahirkan sudah berapa banyak dosa yang telah kita perbuat,
baik kita menyadarinya atau tidak. Maka membaca Istighfar secara Dzikir Lisan
sangat penting artinya, ini adalah tumpuan awal melangkah untuk menempuh Jalan
yang suci ini.
Adab
berdzikir secara lisan,
Allah
swt adalah Maha Mendengar, jadi ketika kita berdzikir lebih baik dengan suara
yang pelan saja. Tapi dengan sungguh-sungguh.
Ketika
melaksanakan Dzikir dianjurkan dalam keadaan suci dari hadas besar maupun
kecil. Serta suci dari najis.
Mengenai
jumlah hitungan dalam berdzikir kepada Allah swt,
Memang
Tidak ada salahnya kita menghitung-hitung jumlahnya, sudah berapa banyak kita
berdzikir kepada Allah, tapi rasanya kok kurang pas. Alangkah baiknya jika kita
tidak disibukkan dalam menghitung-hitung jumlah dzikir, tapi lebih sibuk dalam
proses berdzikir.
Janganlah
terpaku pada hitungan tapi perbanyaklah sebanyak-banyaknya,. Berdzikir setiap
saat, dimana saja, kapan saja.
Cara
berdzikir lisan dengan bacaan Istighfar.
Bila
sudah terbebas dari hadas dan najis, kita mulai berdzikir, membaca istighfar
dengan pelan-pelan, jika biasa menggunakan tasbih silakan aja, tapi disarankan
untuk tidak perlu menghitung jumlahnya, karena dapat mengurangi nilai
keikhlasan kita dalam berdzikir.
Dzikir
Nafas
Maksud
dari judul itu adalah Dzikir yang beriringan dengan irama nafas, melaksanan
dzikir ketika menghirup dan menghembuskan nafas tanpa melambatkan atau
mempercepat irama nafas, jika hal ini dilanggar akibatnya sangat berbahaya bagi
tubuh.
Sebelum
melaksanakan Dzikir Nafas harus benar-benar menguasai Dzikir Lisan, jika
Anda belum membaca Dzikir Lisan sebaiknya Anda Membacaya dahulu sebelum
melanjutkan membaca artikel ini untuk menghindari salah tafsir atau salah dalam
memahami. Dzikir Lisan
Dalam
melaksanakan Dzikir Nafas haruslah didampingi oleh seorang Pembimbing, karena
jika ada kesalahan sedikit saja dapat langsung di konsultasikan agar tidak
menjadi fatal, lebih bagusnya secara tatap muka. Banyak sekali orang yang
tergelincir pada tahap ini gara-gara ia terlalu yakin akan kemampuan dirinya.
Bacaan
yang didzikirkan sangatlah beragam tergantung dari tingkatan Salik yang
bersangkutan. Jika belum tahu tentang bacaannya cobalah bertanya kepada Guru/
Pembimbing/Mursyid atau apalah Anda memanggilnya.
Pada
tahap awal, dalam melaksanakan Dzikir Nafas, sebaiknya dalam kondisi
tubuh yang tenang, misalnya duduk, atau tiduran, supaya konsentrasi Anda tidak
terganggu. Setelah terbiasa melaksanakannya, silakan saja berdzikir sambil
beraktifitas melakukan kegiatan lain. misalnya berkendara atau bekerja.
Ketika
Kita menghirup Udara bersamaan dengan itu kita berdzikir kepada Allah, Oksigen
yang kita hirup diserap oleh paru-paru dan diikat oleh sel darah merah untuk
dibawa ke jantung dari jantung di alirkan ke seluruh tubuh, maka darah dan
seluruh anggota tubuhpun ikut berdzikir kepada Allah Ta a’ala
Jika
menanyakan berapa pahala yang diperoleh ? sebagai perbandingan adalah
biasanya yang berdzikir secara lisan adalah satu anggota tubuh,
sedangkan ini adalah seluruh Anggota tubuh ikut berdzikir kepada Allah,
silakan hitung …
Sebenarnya
tidaklah Etis mempersoalkan pahala. Di beri pahala atau tidak kita seharusnya
tetap beribadah kepada Allah
Dzikir
Qolbu
Setelah
kita membahas Proses Berdzikir, Dzikir Lisan, Dzikir Nafas
Selanjutnya kita akan membahas tentang Dzikir Kolbu. Pada tahap
ini yang berdzikir adalah hati, atau kolbu. Supaya kolbu lebih “hidup”
dalam arti dapat merasakan Kehadiran Illah, Robb.
Dalam
menjalani Jalan yang Suci ini, kedudukan dzikir Kolbu adalah sangat
strategis karena pada tahap inilah kolbu benar-benar dilatih dan dipersiapkan
untuk menerima Pancaran Nur Ilahi. Dan tentu saja untuk dipantulkan
kembali, atas ijin Allah Ta’ala. Di awali dengan dzikir lisan, dzikir
nafas, baru kemudian kita memasuki dzikir Kolbu. Ambil posisi yang
nyaman, duduk atau tiduran juga boleh, diusahakan dalam melaksanakan nya untuk
tidak bergerak sama sekali.
Kita
dzikir lisan, kemudian Dzikir Nafas, perlahan-lahan bacaan nya kita ucapkan
dalam hati seiring dengan irama nafas kita, jangan dipercepat ataupun
diperlambat, BERBAHAYA. Tidak ada batasan jumlah atau waktunya. Sampai
Kolbu merasakan sesuatu yang sangat berbeda.
Latihan
ini dilakukan berulang-ulang selama kurun waktu tertentu dan harus dengan
panduan seorang Guru atau Mursyid atau Pembimbing. Jika ada yang menyimpang
atau tidak sesuai dengan arah tujuan dapat dengan segera diluruskan nya. Ingat
satu hal Jika ada suara-suara yang mengaku sebagai si A atau nabi atau wali
A, JANGAN
PERCAYA karena itu pasti suara dari Iblis.
Maka dari itu kita harus didampingi seorang Pembimbing yang Benar.
Dzikir
qolbu menuju dzikir abadi
Orang-orang
Islam yang selalu melanggengkan bershalawat Kepada Nabi dan berdzikir kepada
Allah swt, niscaya mereka bertambah dekat kepada Allah dan Rasulullah-Nya,
seperti sabda Rosullullah:
“Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang palig banyak membaca shalawat untukku.”
“Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang palig banyak membaca shalawat untukku.”
Dan
Rasulullah saw memperingatkan bilamana mereka tidak berdzikir dan bershalawat
di dalam kehidupannya, bahkan melalaikan sholawat dan berdzikir, mereka
akan merugi di hari kiamat, sebagaimana sabda beliau Nabi Muhammad saw:
“Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla serta membaca shalawat kepada nabi saw. kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.”
“Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla serta membaca shalawat kepada nabi saw. kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.”
Adapun
dzikir kalbu yang langgeng, yaitu dzikirnya para malaikat yang selalu patuh
kepada Allah swt. Dan selalu taat melaksanakan tugasnya masing-masing.
Sedangkan
manusia harus melalui latihan-latihan dalam melaksanakan dzikir kepada Allah.
Di saat latihan-latihan berdzikir tentulah mengalami berbagai rintangan dan
hambatan tetapi harus dan tetap tabah, karena rintangan dan hambatan itu
sebagai cambuk semangat dalam melaksanakan dzikir kepada Allah, dalam firman
Allah dijelaskan disurat Al-A’raf ayat 205-206:
Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan
tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud.
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud.
Dzikir abadi dimulai dari dzikir lisan atau dzikir nafas, bila hatinya tergetar, sekecil apapun getaran di hati / kalbu lalu dikembangkan ke seluruh anggota tubuh. Dan dilanjutkan gerakan kalbu untuk berdzikir kolbu, suarakan kalbumu untuk mengatakan; Allah, Allah, Allah
Proses
itu membutuhkan waktu, mungkin hanya satu hari atau dua hari, mungkin
juga bisa berbulan-bulan, sampai Anda mengalami pengalaman
spiritual dalam dzikir posisi yang di alam sana: memasuki tempat yang maha luas
tak terlindungi oleh naungan apapun, tempat itu terbuka amat luasnya terisi
oleh para jamaah, yang sedang berdzikir, tempat ini “ladang para jamaah”
nya orang-orang yang sedang berdzikir.
Kalau
sudah memasuki alam itu berarti kita sudah terpaling ke tempat jamaahNya dimana
di dalam al Qur’an ditegaskan disurat Al-Fajr ayat 27-30:
27. hai jiwa yang tenang.
28. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (ridlo) lagi diridhaiNya.
30. maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu.
30. dan masuklah ke dalam surgaKu.
27. hai jiwa yang tenang.
28. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (ridlo) lagi diridhaiNya.
30. maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu.
30. dan masuklah ke dalam surgaKu.
Alangkah
bahagianya kalau kita sudah terpanggil, sepatutnya kita dapat terpanggil
seperti yang maksud dari ayat tersebut diatas diterangkan.
Dan
pendekatan kepada tuhan selain fersi risalah Qusyairiyah masih banyak fersi
antara lain :
Dalam
Surat Al-Kahfi ayat 110, Allah berfirman: “Maka barang siapa yang
ingin menemukan Allah, maka hendaklah ia mengerjakan amalan baik dan
janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadah kepada Allah.”
Ayat
di atas itulah yang menjadi pegangan mereka untuk mencapai tujuan. Para
sufi menempuh berbagai metode yang membawa mereka pada kondisi berpadu
dengan Tuhan.
Untuk
mencapai Hakekat (liqa) berMakrifat dengan Tuhan, Kaum Sufi mengadakan
kegiatan batin, riadhah/latihan dan mujahadah/perjuangan rohani. Perjuangan
seperti ini dinamakan suluk, dan yang mengerjakannya dinamakan salik. Liqa
Allah menjadi perhatian utama para sufi, seperti halnya Imam Ghozali membawa
pengikutnya kepada Liqa bertemu dengan Tuhan,
Metode
yang para tersebut adalah:
- Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran Al-Hallaj. Katanya: “keinsananku tenggelam ke dalam Ketuhanan-Mu, tetapi tidak mungkin percampuran, sebab Ketuhanan-Mu itu senantiasa menguasai akan Keinsananku”. [mengenai Al-Hallaj baca disini]
- Al-Isyraq ( Cahaya dari segala cahaya), seperti ajaran Abul Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, “Tujuan segala-galanya satu juga, yaitu menuntut Cahayanya kebenaran dari Cahaya segala cahaya, yaitu Allah. [ mengenai Suhrawardi baca di sini ]
- Ittihad ( Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu), seperti ajaran Abu Yazid Bustami, Beliau berkata, ” Kami telah melihat Engkau maka Engkaulah itu, dan aku tidak ada disana“. [ mengenai Abu Yazid Bustami baca di sini ]
- Ittisal (Hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan) dan menentang faham Hulul dari al-Hallaj.
- Wihdatul Wujud (Yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu Araby, beliau berkata, “Al-Abidu wal Makbudu Wahidun” Yang menyembah dan yang disembah itu Satu. [ mengenai Ibnu Araby baca di sini ]
- Metode menurut Imam Ghozali, bahwa Wujud Tuhan meliputi segala Wujud. Tidak ada Wujud melainkan Allah dan perbuatan (ciptaan) Allah. Allah dan perbuatannya adalah dua bukan satu. Alam ini adalah makhluk dan bukti adanya Khalik. [ mengenai Imam Ghazali baca di sini ]
Walau
para Sufi menggunakan metode yang berbeda, tetapi metode itu dapat
mengantarkannya pada kondisi kenyataan Tuhan / Tajalli.
Catatan :Memang tasawuf yang berkembang sampai saat ini adalah
hasil karya ulama-ulama yang mumpuni, sayang penulis dalam bertasawuf tidak
sama dengan pendahulu-pendahulunya
penulis dalam bertasawuf memakai aturan sendiri yang sesuai
dengan (alquran dan scine) ilmu bertasawuf termaktub dalam kitab suci Alquran
surat al Imran ayat:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
190. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Apabila kita sudah memahami tanda-tanda bahwa yang maha kuasa ada
maka berlaku surat al Baqarah ayat :
115.Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah, Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi
Maha Mengetahui.
jadi dalam bertasawuf penulis tidak memakai dzikir lisan, posisi,
qolbu maupun dzikir sirrih sebab menurut penelitian penulis bertasawuf bukan
pengulangan kata kata yang bisa membuat pikiran teridur akan tetapi bertasawuf
adalah penyelidikan yang mengharuskan pikiran kita bekerja dan fokus dengan
ayng kita kerjakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar