Rabu, 20 Februari 2013

Metode dzikir fersi tasawuf

Metode Dzikir

Metode dzikir fersi tasawuf hampir sama yaitu ada
  •  * Dzikir Lisan: dzikir ini diucapkanØ dengan lisan, ada yang melaksanakannya dengan suara keras tapi ada yang lebih suka dengan pelan-pelan.
  •  * Dzikir Nafas: dalam melaksanakanØ dzikir ini pengucapan bacaannya seiring dengan irama keluar-masuknya udara dalam kita bernafas.
  • Ø * Dzikir posisi: melaksanakan dzikir dalam posisi tertentu, tidak bergerak sedikitpun, dalam jangka waktu tertentu pula.
  • Ø * Dzikir qolbu atau hati: dalam dzikir qolbu bacaannya dibaca dalam hati
  •  * Dzikir Sirri atau rahasia: ProsesØ dzikir yang satu ini adalah sangat rahasia ketika dzikir ini dilaksanakan hanya pedzikir dan yang dituju (Allah) saja yang tahu. Makhluk lain tidak ada yang bisa mengetahuinya bahkan malaikatpun tidak tahu.

Dzikir Lisan
Dzikir yang dilakukan oleh lisan, diucapkan oleh mulut, yang di suarakan baik dengan suara yang nyaring ataupun pelan.
Biasanya, yang di dzikir kan berupa bacaan yang intinya permintaan maaf kepada Sang Khalik, dengan harapan untuk mendapatkan Ampunan dari Allah.  Ada juga bacaan yang berupa pujian, mengagungkan asma Allah. Diantaranya: Istighfar, subhanallah, Tasbih, Tahlil, tahmid dll.
Pada tahap yang paling awal sebaiknya memperbanyak Istighfar yang dilaksanakan secara Dzikir lisan, dengan harapan Allah berkenan mensucikan diri kita dari dosa-dosa yang dilakukan oleh tubuh atau raga.
Sebab jika kita sejenak merenungkan diri akan apa yang telah kita perbuat selama ini sejak tubuh ini dilahirkan sudah berapa banyak dosa yang telah kita perbuat, baik kita menyadarinya atau tidak. Maka membaca Istighfar secara Dzikir Lisan sangat penting artinya, ini adalah tumpuan awal melangkah untuk menempuh Jalan yang suci ini.
Adab berdzikir secara lisan,
Allah swt adalah Maha Mendengar, jadi ketika kita berdzikir lebih baik dengan suara yang pelan saja. Tapi dengan sungguh-sungguh.
Ketika melaksanakan Dzikir dianjurkan dalam keadaan suci dari hadas besar maupun kecil. Serta suci dari najis.
Mengenai jumlah hitungan dalam berdzikir kepada Allah swt,
Memang Tidak ada salahnya kita menghitung-hitung jumlahnya, sudah berapa banyak kita berdzikir kepada Allah, tapi rasanya kok kurang pas. Alangkah baiknya jika kita tidak disibukkan dalam menghitung-hitung jumlah dzikir, tapi lebih sibuk dalam proses berdzikir.
Janganlah terpaku pada hitungan tapi perbanyaklah sebanyak-banyaknya,. Berdzikir setiap saat, dimana saja, kapan saja.
Cara berdzikir lisan dengan bacaan Istighfar.
Bila sudah terbebas dari hadas dan najis, kita mulai berdzikir, membaca istighfar dengan pelan-pelan, jika biasa menggunakan tasbih silakan aja, tapi disarankan untuk tidak perlu menghitung jumlahnya, karena dapat mengurangi nilai keikhlasan kita dalam berdzikir.
Dzikir Nafas
Maksud dari judul itu adalah Dzikir yang beriringan dengan irama nafas, melaksanan dzikir ketika menghirup dan menghembuskan nafas tanpa melambatkan atau mempercepat irama nafas, jika hal ini dilanggar akibatnya sangat berbahaya bagi tubuh.
Sebelum melaksanakan Dzikir Nafas harus benar-benar menguasai Dzikir Lisan, jika Anda belum membaca Dzikir Lisan sebaiknya Anda Membacaya dahulu sebelum melanjutkan membaca artikel ini untuk menghindari salah tafsir atau salah dalam memahami. Dzikir Lisan
Dalam melaksanakan Dzikir Nafas haruslah didampingi oleh seorang Pembimbing, karena jika ada kesalahan sedikit saja dapat langsung di konsultasikan agar tidak menjadi fatal, lebih bagusnya secara tatap muka. Banyak sekali orang yang tergelincir pada tahap ini gara-gara ia terlalu yakin akan kemampuan dirinya.
Bacaan yang didzikirkan sangatlah beragam tergantung dari tingkatan Salik yang bersangkutan. Jika belum tahu tentang bacaannya cobalah bertanya kepada Guru/ Pembimbing/Mursyid atau apalah Anda memanggilnya.
Pada tahap awal,  dalam melaksanakan Dzikir Nafas, sebaiknya dalam kondisi tubuh yang tenang, misalnya duduk, atau tiduran, supaya konsentrasi Anda tidak terganggu. Setelah terbiasa melaksanakannya, silakan saja berdzikir sambil beraktifitas melakukan kegiatan lain. misalnya berkendara atau bekerja.
Ketika Kita menghirup Udara bersamaan dengan itu kita berdzikir kepada Allah, Oksigen yang kita hirup diserap oleh paru-paru dan diikat oleh sel darah merah untuk dibawa ke jantung dari jantung di alirkan ke seluruh tubuh, maka darah dan seluruh anggota tubuhpun ikut berdzikir kepada Allah Ta a’ala
Jika  menanyakan berapa  pahala yang diperoleh ? sebagai perbandingan adalah biasanya yang  berdzikir secara lisan adalah satu anggota tubuh,  sedangkan ini adalah seluruh Anggota  tubuh ikut berdzikir kepada Allah, silakan hitung …
Sebenarnya tidaklah Etis mempersoalkan pahala. Di beri pahala atau tidak kita seharusnya tetap beribadah kepada Allah
Dzikir Qolbu
Setelah kita membahas  Proses Berdzikir, Dzikir Lisan, Dzikir Nafas Selanjutnya kita akan membahas tentang Dzikir Kolbu.  Pada tahap ini yang berdzikir adalah hati, atau kolbu.  Supaya kolbu lebih “hidup” dalam arti dapat merasakan Kehadiran Illah, Robb.
Dalam menjalani Jalan yang Suci ini, kedudukan dzikir Kolbu adalah sangat  strategis karena pada tahap inilah kolbu benar-benar dilatih dan dipersiapkan untuk menerima Pancaran Nur Ilahi. Dan tentu saja untuk dipantulkan kembali, atas ijin Allah Ta’ala. Di awali dengan dzikir lisan, dzikir nafas,  baru kemudian kita  memasuki dzikir Kolbu. Ambil posisi yang nyaman, duduk atau tiduran juga boleh, diusahakan dalam melaksanakan nya untuk tidak bergerak sama sekali.
Kita dzikir lisan, kemudian Dzikir Nafas, perlahan-lahan bacaan nya kita ucapkan dalam hati seiring dengan irama nafas kita, jangan dipercepat ataupun diperlambat, BERBAHAYA. Tidak ada batasan jumlah atau waktunya. Sampai Kolbu merasakan sesuatu yang sangat berbeda.
Latihan ini dilakukan berulang-ulang selama kurun  waktu tertentu dan harus dengan panduan seorang Guru atau Mursyid atau Pembimbing. Jika ada yang menyimpang atau tidak sesuai dengan arah tujuan dapat dengan segera diluruskan nya. Ingat satu hal Jika ada suara-suara yang mengaku sebagai si A atau nabi atau wali A,  JANGAN PERCAYA karena itu pasti suara dari Iblis. Maka dari itu kita harus didampingi seorang Pembimbing yang Benar.
Dzikir qolbu menuju dzikir abadi
Orang-orang Islam yang selalu melanggengkan bershalawat Kepada Nabi dan berdzikir kepada Allah swt, niscaya mereka bertambah dekat kepada Allah dan Rasulullah-Nya, seperti sabda Rosullullah:
Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang palig banyak membaca shalawat untukku.
Dan Rasulullah saw memperingatkan bilamana mereka tidak berdzikir dan bershalawat di dalam kehidupannya, bahkan melalaikan  sholawat dan berdzikir, mereka akan merugi di hari kiamat,  sebagaimana sabda beliau Nabi Muhammad saw:
Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla serta membaca shalawat kepada nabi saw. kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.
Adapun dzikir kalbu yang langgeng, yaitu dzikirnya para malaikat yang selalu patuh kepada Allah swt. Dan selalu taat melaksanakan tugasnya masing-masing.
Sedangkan manusia harus melalui latihan-latihan dalam melaksanakan dzikir kepada Allah. Di saat latihan-latihan berdzikir tentulah mengalami berbagai rintangan dan hambatan tetapi harus dan tetap tabah, karena rintangan dan hambatan itu sebagai cambuk semangat dalam melaksanakan dzikir kepada Allah, dalam firman Allah dijelaskan disurat Al-A’raf ayat 205-206:
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud.

Dzikir abadi dimulai dari dzikir lisan atau dzikir nafas, bila hatinya tergetar, sekecil apapun getaran di hati / kalbu lalu dikembangkan ke seluruh anggota tubuh. Dan dilanjutkan gerakan kalbu untuk berdzikir kolbu, suarakan kalbumu untuk mengatakan; Allah, Allah, Allah
Proses itu membutuhkan waktu,  mungkin hanya satu hari atau dua hari, mungkin juga  bisa berbulan-bulan, sampai Anda mengalami pengalaman  spiritual dalam dzikir posisi yang di alam sana: memasuki tempat yang maha luas tak terlindungi oleh naungan apapun, tempat itu terbuka amat luasnya terisi oleh para jamaah,  yang sedang berdzikir, tempat ini “ladang para jamaah” nya orang-orang yang sedang berdzikir.
Kalau sudah memasuki alam itu berarti kita sudah terpaling ke tempat jamaahNya dimana di dalam al Qur’an ditegaskan disurat Al-Fajr ayat 27-30:
27. hai jiwa yang tenang.
28. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (ridlo) lagi diridhaiNya.
30. maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu.
30. dan masuklah ke dalam surgaKu.
Alangkah bahagianya kalau kita sudah terpanggil, sepatutnya kita dapat terpanggil seperti yang maksud dari ayat tersebut diatas diterangkan.

Dan pendekatan kepada tuhan selain fersi risalah Qusyairiyah masih banyak fersi antara lain :
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 110, Allah berfirman:  “Maka barang siapa yang ingin menemukan Allah, maka hendaklah ia mengerjakan amalan baik dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadah kepada Allah.”
Ayat di atas itulah yang  menjadi pegangan mereka untuk mencapai tujuan. Para sufi menempuh berbagai  metode yang membawa mereka pada kondisi berpadu dengan Tuhan.
Untuk mencapai Hakekat (liqa) berMakrifat dengan Tuhan, Kaum Sufi  mengadakan kegiatan batin, riadhah/latihan dan mujahadah/perjuangan rohani. Perjuangan seperti ini dinamakan suluk, dan yang mengerjakannya dinamakan salik. Liqa Allah menjadi perhatian utama para sufi, seperti halnya Imam Ghozali membawa pengikutnya kepada Liqa bertemu dengan Tuhan,
Metode yang para tersebut adalah:
  • Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran Al-Hallaj. Katanya: “keinsananku tenggelam ke dalam Ketuhanan-Mu, tetapi tidak mungkin percampuran, sebab Ketuhanan-Mu itu senantiasa menguasai akan Keinsananku”. [mengenai Al-Hallaj baca disini]
  • Al-Isyraq ( Cahaya dari segala cahaya), seperti ajaran Abul Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, “Tujuan segala-galanya satu juga,  yaitu menuntut Cahayanya kebenaran dari Cahaya segala cahaya, yaitu Allah. [ mengenai Suhrawardi baca di sini ]
  • Ittihad ( Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu), seperti ajaran Abu Yazid Bustami, Beliau berkata, ” Kami telah melihat Engkau maka Engkaulah itu, dan aku tidak ada disana“. [ mengenai Abu Yazid Bustami baca di sini ]
  • Ittisal (Hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan) dan menentang faham Hulul dari al-Hallaj.
  • Wihdatul Wujud (Yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu Araby, beliau berkata, “Al-Abidu wal Makbudu Wahidun” Yang menyembah dan yang disembah itu Satu. [ mengenai Ibnu Araby baca di sini ]
  • Metode menurut Imam Ghozali, bahwa Wujud Tuhan meliputi segala Wujud. Tidak ada Wujud melainkan Allah dan perbuatan (ciptaan) Allah.  Allah dan perbuatannya adalah dua bukan satu. Alam ini adalah makhluk dan bukti adanya Khalik. [ mengenai Imam Ghazali baca di sini ]
Walau para Sufi  menggunakan metode yang berbeda, tetapi metode itu dapat mengantarkannya pada kondisi kenyataan Tuhan / Tajalli.
Catatan :Memang tasawuf yang berkembang sampai saat ini adalah hasil karya ulama-ulama yang mumpuni, sayang penulis dalam bertasawuf tidak sama dengan pendahulu-pendahulunya
penulis dalam bertasawuf memakai aturan sendiri  yang sesuai dengan (alquran dan scine) ilmu bertasawuf termaktub dalam kitab suci Alquran surat al Imran ayat:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
190. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Apabila kita sudah memahami tanda-tanda bahwa yang maha kuasa ada maka berlaku surat al Baqarah ayat :
115.Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah, Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
jadi dalam bertasawuf penulis tidak memakai dzikir lisan, posisi, qolbu maupun dzikir sirrih sebab menurut penelitian penulis bertasawuf bukan pengulangan kata kata yang bisa membuat pikiran teridur akan tetapi bertasawuf adalah penyelidikan yang mengharuskan pikiran kita bekerja dan fokus dengan ayng kita kerjakan


Kidung Suci Para Wali: Ilir-ilir

Kidung Suci Para Wali: Ilir-ilir

Tembang Ilir-ilir mengajak kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, hendaknya di mulai ketika usia masih muda, selagi masih lebih banyak tenaga, waktu, dan kesempatan. Agar ketika umur kita tinggal sejengkal kita sudah siap untuk menghadapNya.
Sebenarnya Ilir-ilir ditujukan untuk mengajak kita bermakrifat kepada Allah swt, untuk merintisnya haruslah dimulai ketika usia masih muda, karena perjalanan menuju Makrifatullah adalah sangat panjang dan berliku, di awali dengan menata dan mempersiapkan diri, untuk menerima Cahaya Nya.
Isi Tembang ilir-ilir :
 ilir-ilir, ilir-ilir :
tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…
Ilir-ilir Ilir-ilir tandure wus sumilir. Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi
makna: Wahai kalian, bangunlah dari tidur dan mimpimu, sebab tunas-tunasmu , “tanaman”nya telah bersemi
Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar, Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru
maksudnya, Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.
Cah angon, cah angon, penek(e)na blimbing kuwi, Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu.
kandungannya: Yang disebut anak gembala disini adalah diri kita, menggembala nafsu kita . Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi kita diperintahkan untuk memberi menjalankan ajaran Islam secara benar.
Lunyu-lunyu penek(e)na kanggo mbasuh dodot (s)ira, Meski licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu.
uraian: Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Orang Islam tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena, Islam itu seperti pakaian bagi jiwanya. Dan bukan sembarang pakaian biasa.
Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir, Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek.
penjelasan, Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek. Pakaian peradaban itu….perbaikilah, anyamlah, muliakanlah dan tutupkan aibnya
Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore, Jahitlah, perbaikilah untuk menghadap (Gustimu) pada hari tuamu.
maksudnya, Sebo artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti). maka memperbaiki ibadahmu untuk bekal ketika nanti menghadap Gusti Allah.
Mumpung gedhe rembulane, mumpun jembar kalangane, Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang
kandungannya, Selagi masih banyak waktu, masih muda, selagi masih banyak kesempatan, dan masih punya kekuatan. Jangan menunggu untuk menjadi tua
Ya surak o, surak hiyo, Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA
Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa, kita sambut dengan gembira. Ada yang bilang tembang ilir-ilir di ciptakan oleh Sunan Kalijaga,  sebagian orang mengatakan tembang ilir-ilir di buat oleh Sunan Bonang, Klo menurut Anda tembang ilir-ilir digubah oleh siapa?